“Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu”
Penggalan lirik lagu Koes Plus ini mungkin akan menyadarkan kita bahwa sejak zaman nenek moyang dulu, Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam. Lirik ‘ikan dan udang akan menghampiri dirimu’ pun memiliki makna kebanggaan bahwa rakyat Indonesia tak pernah kekurangan makanan karena diberikan nikmat kekayaan yang berlimpah di sektor perikanan.
Namun, sekarang ini negara kita tengah mengalami ketidakpastian dengan pengelolaan komoditi perikanan. Para petambak udang misalnya, sedang merasa gelisah karena menghadapi virus early mortality syndrome (EMS) yang menyerang usaha tambak. Hal ini bukan masalah baru, sebab penyakit ini sudah ada sejak lama. Pada 2019, pemerintah telah menyampaikan imbauan serius mengenai penyakit yang menyebabkan kerugian baik secara materil maupun kerugian fisik bagi pengusaha budi daya udang. Penyakit EMS sendiri ditemukan pertama kali pada tahun 2009 di China.
Selain soal penyakit yang nyata telah merugikan, sektor perikanan Indonesia juga mengalami problem penurunan pekerja. Tahun lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan data dimana penduduk yang bekerja dari sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan sebanyak 34,58 juta orang. Angka ini menunjukkan penurunan 1,12 juta dibandingkan pada 2018 sebesar 35,70 juta orang. Meskipun, angka tersebut merupakan data gabungan tetapi kita perlu khawatir tentang minat masyarakat yang menurun untuk bekerja di sektor perikanan.
Dalam kesempatan terbuka bersama pemerintah yang dihadiri pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) beberapa waktu lalu, UMG Idealab telah menyampaikan terobosan teknologi untuk menjaga dan mengelola komoditas perikanan. Salah satu startup UMG Idealab PT. Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB) mendukung pembudidayaan ikan dan petani tambak udang dengan basis aplikasi, FisTx.
Kita sangat berharap bisa menjaga dan mengelola budi daya ikan dan udang dengan baik lewat teknologi FisTx. Karena seperti kita tahu, lebih dari 15 persen wilayah administrasi tingkat desa atau kelurahan berada di tepi laut. Hampir 22 persen penduduk desa menggantungkan sumber penghasilan utama mereka pada sub sektor perikanan.
“Udang menjadi salah satu komoditas yang semakin banyak dibudidayakan. Namun, tingkat produktivitas petambak udang terus menurun setiap tahun,”
FisTx memiliki keunggulan untuk melakukan pencatatan dan efisiensi dalam budidaya, serta akses bagi mitra dan target end user. Melalui platform ini petambak dapat mengetahui kondisi tambak mereka dan mendapatkan rekomendasi perlakuan yang tepat dalam budidaya ikan dan udang. Beberapa keunggulan yang ditawarkan FisTx adalah FisTx Oasse Pond (kolam portable) Baracuda, FisTx Aquagram (alat ukur kualitas air autonom) yang dilengkapi dengan 5 sensor, dan probiotic dan multivitamin untuk menunjang kualitas budidaya yang mencakup FisTx Rhodoplus, FisTx Bactoplus, FisTx Super Aqua, serta FisTx Chemo Attraktant.
Oleh karena itu, untuk menghadapi penyebaran penyakit yang menjadi masalah petambak perlu dilakukan dengan solusi inovasi teknologi. Kehadiran FisTx dapat menjadi gairah bagi para pekerja tambak supaya mereka semangat melestarikan pembudidayaan ikan dan udang.
Kita sangat berharap produktivitas petambak terus meningkat sehingga mendorong ketersediaan komoditas ini. Bahkan ke depan, inovasi FisTx mampu bermanfaat bagi sektor perikanan nasional dengan menghasilkan surplus komoditas tersebut sehingga mampu menggenjot produksi untuk kepentingan ekspor dan menjadi pemasukan negara.
“Dengan adanya kegiatan pertambakan yang dikawinkan dengan teknologi, kami berharap lebih banyak pemuda Tanah Air memiliki minat dalam melakukan pertambakan. Apalagi, dalam 10 tahun ke depan Indonesia akan mengalami masa bonus demografi dan di sisi lain kita dihadapkan pada tantangan ketahanan pangan. Nantinya, para pemuda inilah yang diharapkan mampu menjadi garda depan dalam ketahanan pangan Indonesia di perikanan,”
Kiwi Aliwarga, CEO UMG Idealab