Tak ada yang bisa menolak bagaimana dunia ini bisa berkembang. Berbagai perangkat canggih dan program-program cerdas, membuat dunia berubah layaknya film fiksi ilmiah. Salah satu teknologi yang kini sangat digandrungi adalah Virtual Reality alias VR yang seolah-olah mengajak penggunanya menuju portal dunia lain.
Dilansir Androibuntu, VR sebetulnya adalah teknologi yang memungkinkan Anda berinteraksi dengan lingkungan virtual bak dunia nyata melalui sebuah perangkat. Secara mudahnya lewat VR, Anda bisa melihat objek-obyek tiga dimensi di sekitar kita, padahal itu semua merupakan tampilan komputer. Tak berlebihan kalau disebutkan jika VR seolah memanipulasi otak manusia.
Sejarah mencatat bahwa gagasan soal VR ini sudah muncul sejak tahun 1800-an saat para ilmuwan ingin membuat realitas alternatif yang berbeda dengan dunia nyata. Barulah pada tahun 1980-an, Jaron Lanier mengenalkan istilah Virtual Reality. Saat ini VR makin mudah diakses masyarakat, berkat raksasa-raksasa teknologi global yang ramai-ramai berinvestasi mengembangkan VR.
Hanya saja terkadang banyak orang rancu antara VR dengan AR (Augmented Reality) alias realitas buatan, yang sama-sama merupakan teknologi untuk merangsang persepsi dan indera manusia. Padahal kedua teknologi ini berbeda di mana VR membutuhkan perangkat khusus seperti headset VR untuk masuk ke dunia virtual
Sementara AR, pengguna tak butuh perangkat khusus karena bisa mendapatkan efek visual dunia virtual yang muncul di dunia nyata lewat smartphone atau perangkat lain. Salah satu contohnya yang sempat meledak beberapa tahun lalu adalah game Pokemon Go, di mana Anda bisa menangkap para Pokemon di dunia nyata lewat teknologi AR.
Lantaran bisa memperlihatkan tampilan semu yang merupakan obyek-obyek dinamis hasil simulasi komputer, teknologi Virtual Reality jelas sangat membantu. Contohnya bidang-bidang pekerjaan yang tampak sulit seperti merancang bangunan sampai menerbangkan pesawat, jelas akan sangat terbantu lewat teknologi VR.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, untuk bisa menggunakan VR diperlukan perangkat khusus. Contohnya seperti Cardboard buatan Google yang membuat Anda bisa melakukan perjalanan virtual dengan Google Earth. Lalu ada Cardboard Camera atau VRSE yang memberikan sensasi foto dan video 360 derajat, The North Face: Climb untuk penggemar hiking hingga headset VR.
Di Indonesia sendiri, penerapan teknologi VR rupanya bukan merupakan hal asing. Berikut beberapa di antaranya:
Arutala merupakan sebuah perusahaan berbasis teknologi VR terbaru yang memberikan pengalaman kepada pelanggan untuk kebutuhan operasional lewat pelatihan secara virtual. Salah satu produk Arutala yakni Arulab Excav VR merupakan program pelatihan melalui simulasi komputer dalam bentuk 3D. Arulab menjadi solusi pelatihan untuk karyawan sebuah perusahaan dalam penggunaan excavator yang benar supaya meminimalisir risiko masalah pekerjaan. Arutala sendiri adalah platform berbasis teknologi dibawah UMG Idealab.
Primeskin Merupakan salah satu platform dibawah UMG Idealab yang menyelenggarakan aplikasi teknologi Virtual Reality dan Augmented reality untuk melahirkan sebuah karya efisien, hemat waktu, dan tepat guna. Aktivitas VR yang dilakukan adalah memberikan softskills dan technical skill seperti public speaking, sales training atau medical training di era modern.