Di zaman yang serba teknologi seperti saat ini, berbagai hal bisa dilakukan dengan sangat mudah lewat smartphone. Entah untuk mengirim uang, cek tabungan di rekening, memesan makanan, meminta diantar-jemput hingga pelayanan kesehatan melalui berbagai aplikasi layanan yang berfokus terhadap healthtech. Sesuai namanya, industri ini memadukan konsep teknologi dan kesehatan menjadi satu kesatuan.
Pada dasarnya, healthtech sendiri sama seperti fintech alias financial technology yang merupakan perusahaan keuangan berbasis teknologi, dalam hal ini menggunakan aplikasi smartphone. Lewat layanan teknologi kesehatan ini, siapapun bisa memperoleh akses medis awal sebelum memutuskan untuk berkonsultasi ke rumah sakit atau klinik dokter.
Hasil survei oleh Gallen Growth Asia pada 2018 memaparkan bahwa layanan teknologi kesehatan akan berkembang pesat, terutama di wilayah Asia Pasifik. China dan India masih menjadi pemilik ekosistem terbesar di kawasan Asia yang kemudian disusul dengan Singapura, Jepang, Australia dan kedepannya termasuk Indonesia.
Sejak pertama kali masuk ke Indonesia pada Maret hingga awal Desember ini, sudah terdata lebih dari 580 ribu kasus Covid-19 di Indonesia. China sendiri telah turut menggunakan healthtech dalam upaya memerangi corona yang dipadukan dengan teknologi Artificial Intelligence, alias Kecerdasan Buatan, serta kapabilitas Big Data.
Di Chiha, AI dimanfaatkan pelaku teknologi kesehatan melalui alat deteksi suhu tubuh otomatis yang diletakkan di fasilitas publik. Sementara Big Data dalam hal melacak informasi pergerakan warga alias tracking lewat smartphone. Dengan begitu pemerintah China bisa memantau dan mengetahui secara pasti jika terjadi penularan secara masif atau berkembangnya sebuah kluster baru diantara penduduknya.
Lantaran kecemasan akan Covid-19 inilah, menjadikan berbagai platform dan website di bidang kesehatan laris manis. Beberapa dampak yang muncul seperti terjadinya peningkatan traffic kunjungan di aplikasi teknologi kesehatan hingga makin banyak orang melakukan konsultasi online dengan tenaga medis.
Sebagai salah satu negara terbesar di dunia dan pengguna internet tertinggi, Indonesia memang jadi pasar yang sangat menjanjikan untuk berbagai layanan teknologi kesehatan. Bahkan kini jumlah aplikasi-aplikasi medis yang memungkinkan Anda melakukan konsultasi di rumah lewat smartphone terus bertambah.
Menanggapi kemunculan aplikasi teknologi kesehatan itulah, akhirnya dibentuk Indonesia Healthtech Association (IHA) yang berisi perusahaan-perusahaan rintisan di bidang teknologi kesehatan. Adalah dokter Gregorius Bimantoro yang adalah Ketua IHA, sekaligus pendiri aplikasi medis ProSehat pada tahun 2015 silam.
Seperti dilansir CNBC Indonesia, Gregorius mengaku senang dengan perkembangan startup-startup teknologi kesehatan. Jika awalnya cuma ada 11 perusahaan yang bergabung di IHA pada tahun 2018 silam, kini sudah berkembang lebih dari 50 startup dengan komunitasnya mencapai 150 perusahaan.
Dianggap mampu menjawab kebutuhan pasar, berbagai layanan healthtech memang sangat membantu masyarakat Indonesia. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 yang membuat rumah sakit, klinik hingga tenaga medis kelelahan, aplikasi teknologi kesehatan jelas jadi solusi terbaik.